AGAMA SUMBER KEJAHATAN?

Judul Asli        : Is Religion Dangerous?
Penulis            : Keith Ward
Penerjemah    : L. Prasetya Pr
Penerbit          : Kanisius
Cetakan          : 1, 2009
Tebal               : 271 hal

Apa yang dipaparkan oleh Keith Ward dalam buku ”Benarkah Agama Berbahaya?” ini merupakan sebuah pembelaan terhadap agama yang seringkali dianggap sebagai sumber kejahatan dan kekerasan. Penulis mengulasnya dari berbagai sudut pandang: sejarah, filsafat, sosiologi, dan psikologi.
Secara beruntun, penulis menyampaikan argumentasinya bahwa agama bukanlah seperti yang dikatakan oleh banyak orang: agama menakutkan dan harus dilawan karena merusak pikiran, agama menuntun ke terorisme dan kekerasan, keyakinan-keyakinan religius itu irasional dan imoral, dan tidak ada tempat dalam masyarakat sekular modern. Responnya terhadap berbagai pandangan banyak orang tersebut dibagi dalam empat bagian pokok: agama dan kekerasan, rasional dan tidaknya keyakinan religius, moral atau tidaknya keyakinan religius, dan sisi positif-negatif dari agama.

Agama dan Kekerasan
            Akhir-akhir ini sering terjadi tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mengatasnamakan agama. Ambil contoh saja terorisme yang terjadi di Indonesia. Berbagai kasus bom bunuh diri yang mengatasnamakan pembelaan terhadap agama, konflik yang melibatkan dua kelompok besar – yang dianggap mewakili kepentingan agama tertentu, dan berbagai contoh kasus lain yang dianggap sebagai persoalan antaragama.
            Adanya berbagai kasus tersebut mau tak mau menghantarkan orang pada suatu kesimpulan bahwa agama hanyalah menjadi sumber konflik. Dengan kata lain, agama menjadi penyebab utama terjadinya kekerasan atau tindak kejahatan. Benarkah anggapan tersebut?
Menanggapi hal ini, penulis mencoba menganalisanya dari segi sosiologis dan psikologis. Dari aspek sosiologis, agama seringkali dijadikan sebagai identitas sosial suatu masyarakat yang dapat memainkan peranan dalam kerasnya konflik-konflik sosial. Apabila agama dijadikan sebagai identitas sosial, maka mau tak mau konflik-konflik sosial dikaitkan dengan agama tertentu.
Berkaitan dengan ini, penulis menyampaikan argumen untuk melawannya dengan analisa sejarah: ”Agama terlibat dalam kekerasan, khususnya di mana agama menjadi penanda identitas dalam situasi konflik sosial. Agama sering menjadi suara moderasi dan rekonsiliasi, itulah peran yang benar, seperti dokumen-dokumen Kitab Suci dari semua agama besar dunia. Tanpa agama, bukti sejarah menunjukkan dengan jelas, bahwa masih ada perang dan kekerasan di muka bumi..... Dengan agama ada kesempatan bahwa, sekurang-kurangnya tempat, untuk sementara, dan lebih luas, kebaikan akan berjalan baik di muka bumi.” (108).

Agama dan Rasio
            Di era sekular modern ini agama banyak ditinggalkan. Seakan agama tak menyumbang apa-apa bagi peradaban manusia, justru sebaliknya, agama menjadi penghambat berkembangnya peradaban manusia yang semakin modern. Sebagai bukti, gereja-gereja mulai kosong, masjid-masjid mulai sepi, dan berbagai tempat keagamaan mulai surut dengan orang-orang yang akan beribadah.
            Fenomena ini menjadi keprihatinan bagi banyak tokoh agama yang mencoba untuk tetap setia. Keprihatinan ini dinilai sebagai akibat dari rasionalisasi yang semakin meluas. Banyak orang mempertanyakan kembali apakah doktrin-doktrin dalam agama masuk akal atau tidak. Pada umumnya, mereka yang mulai meninggalkan agama menganggap bahwa doktrin dan berbagai ajaran dalam agama tidak masuk akal, bahkan justru menjadi penghambat dari kebebasan manusia.
            Buku Benarkah Agama Berbahaya? ini juga mencoba mengulas keprihatinan ini. Penulis memberikan berbagai argumen filosofis dan psikologis untuk menerangkan bahwa agama masih tetap mempunyai peran penting bagi hidup manusia dewasa ini. Agama tetap masuk akal dan berguna.

 Apakah Agama Berbahaya?
            Dengan berbagai bukti yang diungkapkan dalam buku yang berjudul asli Is Religion Dangerous? ini, penulis mengutip uraian Karl Marx bahwa agama merupakan hati yang berbela rasa terhadap dunia yang dingin dan tanpa hati. Kendati banyak kejahatan yang terjadi atas nama agama, namun penulis yakin bahwa tanpa agama bumi ini akan menjadi jauh lebih buruk, dan hanya akan ada sedikit harapan bagi masa depan.

St Sigit Pranoto
Mahasiswa Fakultas Teologi
Universitas Sanata Dharma
Alamat tinggal:
Skolastikat SCJ
Jl Kaliurang Km 7,5
Yogyakarta


Dimuat di Jurnal Fenomena Maret 2010


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and BMW Cars. Powered by Blogger