Lebih Bijak Mematuhi Aturan Jalan Raya

Judul   : Negara Di Persimpangan Jalan Kampusku
Pengarang  : Hani Raihana
Terbit  : 6/10/2007
ISBN  : 978-979-21-1749-3
Harga  : Rp. 25.000,-
Halaman  : 156


Sudah bukan rahasia lagi kalau saat ini kita bisa menyaksikan situasi lalu lintas di jalan raya, terutama jalan-jalan di kota besar nampak sangat padat. Kepadatan terjadi bukan hanya pada jam-jam tertentu tapi juga pada hampir sepanjang hari selama tujuh hari dalam seminggu. Bahkan bagi masyarakat yang tinggal di Jakarta, sering menemui kepadatan dan kemacetan pada malam hari.

Seorang kawan saya yang tinggal di daerah Ciputat misalnya, selalu mengeluhkan situasi jalan raya pada malam hari, karena walaupun sudah larut malam tapi kemacetan toch tetap saja terjadi. Pemandangan kemacetan panjang bukan hanya terjadi di jalan-jalan biasa tetapi juga di jalan bebas hambatan (tol).

Bisa kita lihat pada jam kerja di jalur bebas hambatan Jln Prof Dr Ir Sediatmo , Jakarta kemacetan sering nampak amat parah. Antrian kendaraan di jalan bebas hambatan ini bisa mencapai beberapa kilometer, sehingga para pengguna jalan harus sabar berjam-jam di dalam kendaraan.

Alasan kemacetan ini bisa bermacam-macam, seperti, traffic-light rusak, aksi Pak Ogah, jalan berlubang, kendaraan mogok di tengah jalan, terlalu banyaknya kendaraan di jalan, dan sekian banyak alasan lainnya.

Dari hari ke hari pelanggaran rambu-rambu lalu lintas semakin memprihatinkan. Selain bisa kita amati sendiri perkembangannya setiap hari, kecenderungan berkurangnya ketertiban pengguna jalan bisa kita lacak dari maraknya surat-surat pembaca di media massa yang isinya mengeluhkan keadaan ini.

Peraturan pada dasarnya dibuat dengan tujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. Coba kita bayangkan bila di jalanan tidak ada peraturan, tidak ada rambu-rambu lalu lintas, dapat dipastikan setiap pengguna jalan akan berbuat seenaknya sendiri tanpa mau mengindahkan kepentingan orang lain.

Setelah peraturan dibuat ternyata tidak ada jaminan bahwa peraturan tersebut akan dipatuhi. Coba kita lihat kondisi di Indonesia. Rambu-rambu lalu lintas seakan hanya menjadi hiasan yang tidak memiliki makna apa-apa. Praktis hanya lampu lalu lintas saja yang di patuhi, itupun pada ruas jalan tertentu saja. Perilaku yang tidak tertib ini diperparah dengan pertambahan jumlah kendaraan yang sulit dibendung sementara jumlah pertambahan ruas jalan tidak mampu mengimbanginya.

Jika memang peraturan dibuat untuk mempermudah kehidupan manusia pertanyaan besar yang muncul adalah: "Mengapa peraturan tersebut sering dilanggar?".

Manusia memang individu yang kompleks sehingga perilakunya juga tidak sederhana. Perilaku manusia tidak sekedar memperhitungkan untung dan rugi saja. Bisa jadi perilaku yang tampak merugikan dimata seseorang akan dianggap menguntungkan bagi orang lain. Bagaimana seseorang berperilaku, secara garis besar bisa dijelaskan melalui penguatan kontigensi (contigency of reinforcement) ..

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi oleh keadaan tiga komponen tersebut.

Penjabarannya dalam perilaku berkendaraan di jalan raya cukup sederhana. Misalkan seorang pengendara berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan) kemudian ia memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat.

Selain itu pengendara tersebut juga tidak ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di persimpangan jalan tersebut. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung diulangi karena mendapat penguatan positif atau hadiah yaitu proses perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.

Skenario yang muncul akan berbeda bila situasinya berbeda pula. Pada situasi persimpangan jalan yang dijaga oleh petugas (kondisi lingkungan) seorang pengendara berkeputusan untuk melanggar lampu lalu lintas. Konsekuensinya ia akan ditangkap oleh petugas dan mendapatkan surat tilang. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung tidak diulangi karena mendapatkan penguatan negatif (hukuman) yaitu berupa surat tilang yang tentu saja bermuara pada denda yang harus dibayar.

Bagi semua pengguna kendaraan bermotor pasti sudah paham betul arti dari rambu-rambu lalu lintas yang ada dijalanan. Walaupun demikian ternyata pemahaman ini belum cukup untuk mendorong pengguna jalan mematuhi rambu-rambu tersebut. Ada berbagai hal yang menyebabkan pengendara gagal untuk mematuhi rambu-rambu tersebut.

Penyebab kegagalan kepatuhan terhadap peraturan dari segi kondisi lingkungan bisa di jabarkan dalam skenario berikut ini. Suatu ketika pengendara tersebut mencoba menggunakan helm, namun keadaan yang ia hadapi adalah bahwa banyak pengendara lain yang ternyata tidak menggunakan helm tidak mendapat sanksi apa-apa, selain itu ia juga merasa tidak nyaman ketika memakai helm karena terasa gerah.

Keadaan ini menggambarkan adanya konsekuensi negatif ketika pengendara tersebut berusaha mematuhi peraturan dengan menggunakan helm. Konsekuensi negatif tersebut berasal dari rasa tidak nyaman dan umpan balik sosial yang memperlihatkan bahwa tidak menjadi masalah bila pengendara tidak menggunakan helm.

Contoh lain, (maaf ya) abdi dalem keraton Jogja, Solo, dan beberapa daerah lain yang hanya pake blangkon, kupluk, atau anak kyai yang pake sorban, atau suster yang hanya pake separo “jilbab” seliweran di jalan raya kok tidak ditilang? Apa Pak Polisi takut kualat? Hukum harus tetap ditegakkan.

Tidak boleh pandang bulu siapapun pengendara dan pengguna jalan raya. Satu lagi, kenapa kalau pejabat lewat sudah tahu ada lampu merah tapi tetap didahulukan? Kalau ambulan saya kira masih bisa dimaklumi. Ajari para pejabat itu untuk mematuhi lampu merah juga dong! Kenapa sih mesti tergesa-gesa di jalan? Selamat berkendara dan hati-hati di jalan!

*) Peresensi adalah pengguna jalan raya yang ramah lingkungan, betah nongkrong di Ahmad Dahlan Community for Peace and Tolerance (ADCPT) poros Jabodetabek.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and BMW Cars. Powered by Blogger