Potret Multikulturalisme Asia Tenggara

Judul   : POLITIK MULTIKULTURALISME, Menggugat Realitas Kebangsaan
Pengarang  : Robert W. Hefner
Terbit  : 30-05-2007
ISBN  : 978-979-21-1664-9
Harga  : Rp. 80.000,-
Halaman  : 500
Menurut Prof Dr. Bakdi Soemanto, Multikulturalisme adalah pandangan saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan dan bukan sekadar toleransi. Adalah sebuah Sikap yang sangat sulit terwujud dalam konteks masyarakat majemuk seperti Indonesia. Pasalnya, masyarakat kita belum siap secara mental menerima kemajemukan. Beragam gesekan atau konflik antar etnis, agama, gender,suku, maupun budaya yang masih berkelanjutan menjadi bukti ketidaksiapan masyarakat kita menerima perbedaan.

Perlu diakui, Indonesia, sebagai salah satu Negara multikultur di Asia Tenggara, telah mengundang banyak intelektual untuk meneliti, mengamati, dan mempelajari kehidupan pluralitas masyarakat kita. Mulai dari pluralitas etnis, agama, budaya, hingga kewarganegaraan.

Buku berjudul Politik Multikulturalisme, Menggugat Realitas Kebangsaan yang dieditori oleh Robert W. Hefner, ini memotret kehidupan masyarakat pluralis di tiga Negara majemuk di Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, dan Indonesia. kenapa tiga Negara ini dipilih? Alasannya sangat sederhana, yaitu karena Malaysia, Singapura, dan Indonesia memiliki sejarah perkembangan multikultur yang sangat pesat dan masing-masing mempunyai keunikan. Persinggungan antara orang-orang melayu "pribumi" versus cina "pendatang", menjadi keunikan tersendiri dalam kajian etnisitas dan etnoreligius di Negara tersebut.

Buku berbentuk bunga rampai ini, merupakan hasil dari proyek penelitian dan pelatihan yang diorganisir oleh Robert W. Hefner, dengan bantuan Ford Foundation dari tahun 1998 sampai 2000, dengan judul "Southeast Asian Pluralisms: Social Resource for Civility and Participation in Malaysia, Singapore, and Indonesia."

Menurut Robert W. Hefner, tujuan penelitian ini adalah untuk mendorong kaum intelektual di Malaysia, Singapura, dan Indonesia untuk merenungkan tantangan pluralisme etnis, religius, dan gender bagi kewarganegaraan dalam masyarakat mereka masing-masing. Penelitian ini dilaksanakan pada akhir 1998 dan paruh pertama 1999, yang para penelitinya diambil dari Negara-negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengetahuan mereka tentang "subjek" penelitian dalam bunga rampai ini tidak perlu diragukan lagi.

Dalam bunga rampai ini, kita disajikan realitas histories pluralitas etnis, religius, dan gender dari masa colonial sampai pasca-colonial di masing-masing Negara. Apa yang membuat pengalaman Negara-negara tersebut menjadi menarik untuk disimak adalah bahwa, terlepas dari masalah-masalah politis mereka, dari akhir 1960-an sampai awal krisis ekonomi Asia Timur pada bulan Agustus 1997, ketiga Negara tersebut menikmati salah satu periode ekspansi ekonomi paling mantap yang pernah disaksikan oleh dunia industri yang sedang berkembang.

Menurut R.W. Hefner, perkembangan multikulturalisme di Indonesia, Malaysia, dan Singapura mengalami semacam transisi cultural dari masa colonial ke pasca-kolonial. Adanya transisi cultural itu, mengindikasikan bahwa perkembangan pluralitas dalam masyarakat di tiga Negara tersebut sangat pesat. Di samping itu, intervensi kekuasaan (Negara) terhadap kewarganegaraan turut mempengaruhi lahirnya isu-isu etnisitas dan etnoreligius. Kekuasaan Lee Kuan Yew (Singapura), Mahatir Muhammad (Malaysia), dan Suharto (Indonesia), melahirkan isu etnisitas dan etnoreligius berbeda-beda.


Dalam sejarah kolonialnya, Singapura, Malaysia, dan Indonesia merupakan bagian dari semenanjung Malaya. Meskipun begitu, situasi cultural dan politik Singapura berbeda jauh dari Negara tetangganya. Jika Malaysia dan Indonesia didominasi oleh "pribumi" dan muslim, masyarakat yang mendominasi Singapura adalah orang-orang keturunan Cina. Dengan demikian, Isu etnisitas dan etnoreligius lebih banyak berkembang di Indonesia dan Malaysia, daripada di Singapura. Secara de facto, Kasus-kasus pembantaian etnis cina yang pernah terjadi di akhir pemerintahan Suharto, menjadi bukti betapa kuatnya etnisitas dan etnoreligius di Indonesia.

Sebagaimana dikhawatirkan oleh Geertz, proses transisi cultural dari masa kolonial ke pasca-kolonial, di satu sisi, telah memunculkan persaingan-persaingan yang menghancurkan sivilitas, tetapi di lain sisi, proses itu juga meyakinkan semakin banyak orang tentang arti penting mambangun politik sipil dan kewarganegaraan inklusif.

Di Indonesia, secara de jure, kesadaran membangun kewarganegaraan inklusif dan politik sipil sudah ada sejak dibangunnya bangsa ini. Akan tetapi, secara de facto, kesadaran tersebut belum tertanam dalam jiwa bangsa. Berbeda dengan Malaysia, di Negara ini, isu etnisitas dan etnoreligius lebih kecil. Sebagaimana yang disebutkan Hefner dalam bunga rampai ini, hubungan melayu-cina (pribumi-pendatang) di Malaysia lebih mapan daripada di Indonesia.

Di Malaysia misalnya, sejak krisis ekonomi melanda Negeri Jiran itu, pengusaha-pengusaha Mulayu-Cina bergotong-royong untuk keluar dari jalur krisis, dengan cara membantu usaha-usaha yang hampir bangkrut.

Di semua hal tersebut, kita melihat perbedaan yang mendasar antara Malaysia dengan Indonesia mengenai masalah pluralisme pasca-kolonial. Memang Gagasan membeda-bedakan kewarganegaraan mengikuti garis etnis, khususnya dalam hubungan "pribumi" versus "cina", dibahas panjang lebar pada pendirian Negara Indonesia. Namun pada realitasnya, Indonesia belum menjadi Negara multikultur seperti yang diharapkan.

Sungguh menarik membaca bunga rampai ini, selain kita disajikan problem-problem pluralitas kebangsaan yang sangat kompleks, buku ini juga menyuguhkan pandangan segar tentang masa depan multikulturalisme di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Oleh karena itu, buku ini perlu dibaca masyarakat luas guna merangsang tumbuhnya kesadaran untuk menghargai dan menghormati dalam perbedaan. Akhirnya, semoga kehadiran buku ini, menjadi bahan refleksi bagi spirit multikulturalisme di Indonesia. Selamat membaca!

*) Pengelola Blog: opiniliarku.blogspot.com, berdomisili di Jogja
Jurnalnet.com (Jogja),27/03/2008 - 14:20 WIB


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and BMW Cars. Powered by Blogger