Evaluasi Satu Dekade Pasca Krisis Moneter

Judul  
SATU DEKADE PASCA-KRISIS INDONESIA, Badai Pasti Berlalu?
Pengarang 
Sri Adiningsih dkk
Terbit 
12/12/2007
ISBN 
978-979-21-1781-3
Harga 
Rp. 36.000,-
Isi
200 Halaman
Tumbangnya rezim Orde Baru di tangan kaum reformis telah mengakhiri kekuasaan otoriter rezim orde baru yang telah memimpin selama kurang lebih 32 tahun.. Spirit reformasi tahun 1997 yang dinyalakan para mahasiswa telah membakar kekuasaan otoriter sehingga kran demokrasi terbuka "selebar-lebarnya", juga telah membuka aib kekuasaan yang telah terstruktur rapi selama 32 tahun.

Krisis ekonomi tak mampu lagi dibendung, krisis kepercayaan tak bisa lagi ditahan dan krisis lain berkembang bak jamur dimusim hujan, sehingga kemudian muncul krisis multi dimensi yang menggerogoti bangsa Indonesia.

Krisis moneter yang telah merambat pada krisis kepercayaan, politik, ekonomi, budaya dan pada akhirnya menampilkan sosok krisis multidimensi, telah menghimpit masyarakat ke lembah jurang kemiskinan, memporak-poranda tatanan, truktur dan sendi-sendi ekonomi yang telah (kelihatan) mapan.

Krisis tersebut juga telah menyebabkan hutang luar negeri melonjak naik, sektor riil dan keuangan ambruk total, sehingga muncul akronim "kristal" (krisis total) dan "krismon" (krisis moneter). Hal ini merupakan sebuah sebab akibat dari sebuah kondisi yang tidak stabil dan disharmonis.

Malalui buku "Satu Dekade Pasca Krisis Moneter: Badai Pasti Berlalu", Sri Adiningsih, dkk. Mencoba mengevaluasi dan menghadirkan kembali potret dan situasi bangsa Indonesia yang berada dalam krisis berkepanjangan ini, yaitu krismon dan kristal.

Berbagai kasus dan tindak pidana yang bisa dikategorikan sebagai tindak criminal terus bergulir setiap waktu. Kasus BLBI, bencana-bencana kemanusiaan dan lain sebagainya menjadi menu utama bangsa Indonesia.

Dosa waris sejarah yang diwariskan orde baru tidaklah bisa diselesaikan and dihapus dengan "seremonial" semata, tetapi butuh sinergitas antara "seremonial" dan aplikasi dari agenda-agenda besar untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Di sisi lain himpitan ekonomi-politik juga telah meminggirkan umat manusia ke situasi lemah yang terkoyak di semua lini kehidupan. Situasi paradoks tersebut kadang menampilkan perilaku manusia yang saling bermusuhan (antagonistik).

Kita bersemangat untuk serba ingin lebih baik atau bagus pada kulit luar, minus substansi, kehilangan kejujuran yang alami, sekaligus mengandung politisasi di ruang publik yang beraroma kemunafikan.

Satu dekade pasca krisis ekonomi tidak memperlihatkan keadaan yang membaik dan stabil, tetapi melah semakin menjadikan situasi yang serba kacau dan tidak membaik.

Kasus kemiskinan semakin menganga lebar, padahal kita hidup dalam limpahan kekayaan, kasus kematian, busung lapar dan kekurangan gizi semakin menjalar di seluruh Indonesia, kasus bahan pangan dan kasus skadal BLBI (Bantuan Likuidasi Bank Indonesia) telah menjadi menu utama bangsa Indonesia dan masih banyak lagi kasus yang sedang menjerat dan melilit pemerintahan Indonesia.

Hal ini merupakan sebuah fakta sosial-budaya, ekonomi, politik dan pendidikan yang menuntut untuk segera dicarikan jalan keluar (problem solving), karena kalau tidak kita tinggal menunggu tanggal main kehancuran bangsa Indonesia.

Semua problem dan dinamika kehidupan yang terjadi saat ini, merupakan kepanjangan tangan dari proyek besar krisis moneter dan krisis total, Karena keduanya memiliki implikasi yang jelas terhadap keadaan bangsa Indonesia saat ini.

Spirit yang ada dalam buku ini adalah bagaimana kita bangkit dari keterpurukan, baik dari aspek ekonomi, politik dan lain sebagainya. Dengan menganggap bahwa badai pasti berlalu. Hal ini akan benar-benar terjadi kalau semua elemen yang terkait dengan kenegaraan bersatu melawannya.

Walapun tercatat bahwa pada tahun 2004 Indonesia pernah tumbuh 7%, namun secara umum masih menunjukkan bahwa keadaan ini masih tidak bias menembus pertumbuhan ekonomi yang lebih baik lagi, Karena tahun 2005, Indonesia kembali dihantam dengan instabilitas ekonomi makro dan mikro yang mencapi 17% yang secara ekplisit dan implisit sangat berpengaruh pada sector riil dan kehidupan bangsa Indonesia.

Berbagai motor penggerak telah banyak dilakukan, seperti investasi dan industri. Namun masih berjalan lamban dan tidak efektif. Kekuatan ekonomi masih banyak yang digerakkan oleh sektor keuangan dan sektor non tradeable.

Buku yang ditulis oleh enam orang ini memiliki sense, kepekaan dan sensitif terhadap permasalahan yang terjadi di indonsia dalam meneropong perkembangan yang terjadi di buminya sendiri. Para penulis cukup tajam menganalisis dinamika dan perkembangan ekonomi sejak terjadinya krisis ekonomi (1997) sampai satu dekade (2007).

Lewat buku ini kita akan mendapatkan diskripsi yang jelas dan cukup detail mengenai dampak yang diakibatkan oleh krisis ekonomi tahun 1997 serta upaya-upaya yang akan dilakukan untuk memulihkan kembali keadaan yang semakin kronis dan berbagai kendala yang akan dialami dalam mengatasi problem kesejahteraan bangsa. Disamping itu, kita juga akan diajak "berdebat" dengan diri sendiri bagaimana membangun negara melalui diri sendiri.

Buku ini sudah bisa dikatakan sebagai buku yang cukup komprehensif dan sistematis dalam memaparkan dan akurat dalam penjelasannya, karena buku ini bukan hanya berupa spekulasi dan argumen nol data. Buku ini dilengkapi dengan berbagai table data dan sumber yang otoritatif.

Sati dekade telah berlalu, namun krisis ekonomi, politik dan lain semacamnya masih berlari kencang dan reformasi masih belum selasai. Berbagai permasalahan masih menghadag jalan. Sektor riil, aspek materil dan non-materil masih berjalan lamban, ditambah dengan kwalitas dan kuantitas pembangunan ekonomi yang juga memburuk.

Maka satu dekade pasca krisis ekonomi bangsa Indonesia harus mampu menjadi pelajaran dan hikmah yang berharga, arif dan bijaksana agar kebangkitan ekonomi dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan dan agar badai pasti berlalu. Segala hal yang berpotensi menimbulkan instabilitas ekonomi harus ditangani dengan serius properly and timely.

Jangan sampai lagi ada krisis di tanah air ini, agar bangsa ini benar-benar mencapai cita-cita kemerdekaan. Ekonomi stabil, rakyat sejahtera. berpolitik dengan hati nurani, negara aman dan stabil, dan lain semacamnya.***

*) Juma' Darmapoetra adalah Mahasiswa Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Kordinator Kajian Sosial- ekonomi pada Hasyim Asy'ariy Institute, Yagyakarta.

Jurnalnet.com, 01/04/2008 - 06:47 WIB


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and BMW Cars. Powered by Blogger