Menghentikan Kekerasan dalam Pacaran

Judul       : Teen Dating Violence
Editor      : Sony Set
Penerbit   : Kanisius, Yogyakarta
Cetakan  : I, 2009
Tebal       : 149 halaman.

Setiap remaja pasti mengenal kata pacaran (dating). Kata ini begitu populer karena memang hampir setiap remaja mengalaminya. Mereka menyebutnya sebagai masa bercinta, pacaran, hubungan romantis, dan seabreg kata lainnya yang menggambarkan sebuah pola ketertarikan antartubuh yang melibatkan segenap emosi jiwa dan raga.
Sebagai pasangan yang belum menikah para remaja menganggap hubungan cinta sebagai hal yang serius yang biasanya dibumbui dengan rasa sayang, sedih, duka, haru, nyaman, serta segala perasaan lain laiknya sepasang kekasih. Ada perasaan saling melindungi, menjaga, atau rasa takut untuk berpisah walau hanya sesaat.
Namun rasa cinta dan sayang itu bisa hancur ketika ada kondisi hubungan dominan yang tidak seimbang. Biasanya sebagian besar kaum remaja laki-laki melakukan dominasi terhadap pasangannya. Ketika dominasi terjadi cepat atau lambat akan muncul kondisi yang disebut dating violence, kekerasan dan pelanggaran etika fisik maupun psikis dalam hubungan cinta.
Pihak perempuan yang tidak menyadari akan menganggap bahwa ia hanyalah makhluk yang harus menuruti segala perintah sang kekasih. Kemudian, deraan dan siksaan yang lebih keras akan terjadi, baik secara fisik maupun mental. Ironsnya tidak ada satu pun early warning system yang bisa dijadikan panduan untuk mengetahui dan menghindari kekerasan dalam pacaran.
Masalah selanjutnya kemudian adalah tidak banyak remaja perempuan yang mengerti tanda-tanda dating violenve. Berikut ini macam-macam tanda dating violence. Pertama adalah intimidasi yaitu perlakuan menakut-nakuti dan menggertak pasangan dengan cara merusak benda, bertindak ceroboh saat mengendarai kendaraan, atau bergaya seolah seorang preman yang setiap waktu mengawasi gerak-gerik pacarnya. (Hal 45)
Kedua melanggar privasi yaitu menerobos area pribadi dan mengacak-acak segala rahasia diri pasangan. Perilaku ini ditandai dengan mengambil alih catatan pribadi, SMS pada handphone hingga men-sweeping isi tas. Si Pelaku menganggap bahwa orang lain tidak berhak mencampuri urusan cintanya. (hal 45)
Ketiga adalah tindakan ancaman yang lebih serius dan lebih menakutkan. Si pelaku sering memaksa korban untuk menuruti kemauannya dengan ancaman bunuh diri, memutuskan hubungan cinta, hingga mengancam menyebarkan foto-foto dan video pribadi yang dibuat bersama kekasihnya. (hal 45)
Keempat menggunakan hak istimewa laki-laki. Biasanya pelaku selalu menggambarkan dirinya sebagai jagoan, laki-laki yang perkasa. Ia selalu berusaha mengalahkan cara pikir perempuan dan tidak mau menerima argumen apa pun. Dalam tahap ini, laki-laki telah menguasai perempuan untuk melakukan apa pun kehendaknya. (hal 46)
Kelima membatasi kebebasan. Pelaku mengurung kebebasan kekasihnya dengan cara mengatur penampilan sesuai kehendaknya. Ia juga mengatur teman-teman yang harus dijauhi atau didekati, memaksakan pengaruh rokok dan minuman keras pada kekasihnya, serta membatasi pergaulannya. Pada saat itu, si pelaku bahkan bisa mengatur beragam rencana kekasihnya, termasuk rencana pendidikan, masa depan, dan pekerjaan. (Hal 46)
Keenam penghinaan yaitu tindakan mempermalukan nama baik sang kekasih di depan umum. Perilaku ini ditandai dengan cara mernperlakukan sang pacar dengan tidak manusiawi. (hal Hal 46)
Ketujuh pengasingan. Tindakan mengisolasi segala bentuk hubungan keluarga, pertemanan, sekolah, dan masyarakat dari kekasihnya sendiri. Jenis tindakan seperti ini, seolah-olah seperti memenjara sang kekasih dan memutuskannya dari komunikasi dunia luar.(hal 47)
Ketujuh gangguan. Bentuk gangguan yang dilakukan pelaku dalam berbagai macam aktivitas yang dilakukan kekasihnya. Bahkan, meskipun hubungan cinta telah berhenti, bentuk gangguan ini tetap berlangsung. Pelaku berusaha masuk ke dalam pergaulan sosial pi-hak perempuan, meskipun tidak diundang atau dilarang sekalipun.(hal 48)
Dari macam-macam kekerasan di atas kita bisa tahu bahwa Dating violence adalah masalah yang harus cepat diselesaikan secara serius. Kita tidak bisa menghentikannya sendirian, semua orang harus bersama-bersama menghentikannya. Tidak semua laki-laki memiliki perangai yang kasar dan kejam terhadap pasangannya. Masih banyak laki-laki yang bermata jernih dan tidak mengumbar rayuan, tetapi mencintai dan menghormati pasangannya.
Dating violence bisa datang setiap saat dalam kehidupan cinta kita. Jangan pernah salah memilih pasangan dan jangan pernah menunda untuk menghentikan segala pola kekerasan yang mungkin ditemui di sekitar lingkunganmu. Keluarga adalah pondasi pertama untuk menghentikan kegilaan ini, lalu teman-teman terdekat yang mendukung adalah tempat kita meminta tolong. Jangan percaya terhadap cinta yang menuntut pengorbanan dan digantikan dengan kekerasan. Rasa saling menghormati dan menyayangi adalah landasan utama.
Buku ini merupakan buku panduan yang berisi cara-cara menangani keadaan dating violence yang terjadi pada pasangan perempuan. Buku ini bisa dijadikan sebagai pertolongan pertama tindakan pencegahan atau pengobatan bila terjadi kasus dating violence, kekerasan di masa pacaran remaja yang me-nimpa jutaan remaja di Indonesia. Jutaan? Semoga kamu semua yang mencoba membaca buku ini tidak menutup mata terhadap kekerasan yang terjadi pada perempuan (remaja putri khususnya) yang bisa kita ketahui setiap hari melalui koran, majalah, dan berita kriminal.
Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Begitu pula dengan masalah dating violence. Peran serta siapa saja termasuk guru, pengamat pendidikan, institusi sekolah, orang tua, keluarga, remaja, dan masyarakat untuk bersama-sama memikirkannya. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa telah melakukan perhatian yang terintegrasi bagi perkembangan masa depan anak mudanya. Mereka berupaya menghentikan akibat negatif dari dating violence. Mereka telah mendengar suara-suara anak muda yang mulai belajar untuk terbuka dan menyatakan segenap perasaannya.
Mari kita bersama melakukan hal yang serupa di Indonesia. Mari kita satukan tekad demi masa depan kita dan Indonesia yang lebih baik. Kami berjanji untuk menghentikan masalah kekerasan di kalangan remaja. Mari kita hentikan dating violence di negeri ini!

*Akhmad Kusairi adalah Mahasiswa Filsafat Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Peneliti pada Jaringan Islam Kampus.



Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and BMW Cars. Powered by Blogger